Selasa, 02 Agustus 2011

Bangkutaman Akan Konser (Lagi) Di Singapura



Untuk kali kedua Bangkutaman akan menyambangi negeri di semenanjung Malaka tersebut. Adalah Baybeats Festival yang menjadi tujuan band yang didirikan saat mereka merantau di Yogyakarta pada tahun 1999 itu. Baybeats Festival adalah sebuah festival musik tahunan yang digelar selama tiga hari di salah satu lokasi prestisius di negeri Singa tersebut , Esplanade Theatres.

Bangkutaman bangga bisa pentas di Esplanade. Kami melihat fakta bahwa Singapura memiliki wadah berkesenian yang sangat didukung oleh pemerintahnya,” tutur Irwin.

Sejak perhelatan pertama di tahun 2002, festival musik yang diorganisir oleh Esplanade ini awalnya hanya ditujukan bagi musisi-musisi indierock di seluruh Asia untuk saling mengekspos kualitas mereka dan mengembangkan industri musik.

Baybeats kemudian berkembang menjadi festival yang menampilkan musik alternatif, baik dari musisi lokal Singapura, Asia bahkan seluruh dunia. Dan bukan hanya sebagai konser musik umumnya, Baybeats juga berkembang menjadi sebuah melting pot dari banyak pelaku industri musik alternatif, dari perusahaan rekaman, desainer, entrepreneur musik, media, dan semua yang berkaitan dengan industri ini.

Selain Bangkutaman, band bossanova Hollywood Nobody serta Protocol Afro pengusung inconsistent pop menjadi perwakilan Indonesia. Keikutsertaan Bangkutaman di festival yang pernah disambangi drummer Sepultura Igor Cavalera dan istrinya Laima Layton yang tergabung dalam proyek DJ Mixhell ini sebetulnya sudah terendus sejak mereka manggung dalam gelaran Rockin’ Region tahun 2009 silam di tempat yang sama.


Guna mempersiapkan keberangkatan, trio yang namanya masuk dalam album terbaik Indonesia 2010 versi Rolling Stone Indonesia lewat album Ode Buat Kota ini sedang memproduksi merchandise berupa kaos serta membawa berkeping-keping CD rilisan Jangan Marah Records tersebut untuk diperkenalkan ke insan musik dunia yang hadir disana. “Agenda utamanya propaganda Ode Buat Kota,” terang Irwin.

Selain itu, mereka juga terus berusaha menambah pundi-pundi tabungannya. Maklum, seperti sejawatnya sesama musisi independen tanah air, mereka harus merogoh kocek sendiri tiap kali ada tawaran manggung di luar negeri. “Intinya, Bangkutaman tidak mau terus menunggu pemerintah yang ‘senin-kamis’ dalam memperhatikan dunia seni dan para pelakunya,” kata Irwin.

Menurut Irwin, jika pemerintah lebih kreatif , puasa korupsi, dan niat bekerja, mestinya mereka memiliki positioning strategy tersendiri dalam mengemas serta memasarkan produk kesenian dalam format band, khususnya band swadaya yang memilih bermusik tidak sesuai pasar.

“Buktinya banyak mereka yang di luar Indonesia itu sangat menghargai band-band swadaya di Indonesia. Mereka tetap menghargai idealisme, pergerakan, jaringan, serta karya jujur band-band swadaya di Indonesia,” jelas gitaris yang punya proyek solo di netlabel Yesnowave ini panjang lebar.

“Bangkutaman mungkin tidak begitu bangga dengan pemerintah Indonesia, tapi kami tetap bangga membawa bendera Indonesia sampai ke ujung dunia,” pungkasnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Web Hosting